Dec 17, 2014

Fakta Energi Listrik Indonesia. Apakah Krisis?

kulihat ibu pertiwi
sedang bersusah hati
air matamu berlinang
mas intanmu terkenang
hutan gunung sawah lautan
simpanan kekayaan
kini ibu sedang susah
merintih dan berdoa
fakta listrikDemikian lah bait pertama dari lagu Ismail Marzuki. Sekilas sangat mengharukan bila kita padankan dengan realita Indonesia saat ini. Sebuah negara yang besar dan kaya, namun faktanya INDONESIA sedang sakit.

Betapa tidak, sumber daya alam yang begitu melimpahnya, seharusnya menjadikan negara ini serba berkecukupan untuk menjadi sebuah negara yang lebih besar dan maju.  


Usia kemerdekaan sudah lebih dari 69 tahun. Namun beberapa pelosok lain dari negara ini masih belum juga merasakan kenikmatan kemerdekaan yang berkeadilan sosial.  Kalaupun sudah, kita harus mengakui bahwa hal tersebut memang masih jauh dari rasa keadilan.
Listrik padam? Sudah biasa,
Rakyat harus Sabar? Sudah sejak dulu kala,
Korupsi? Sudah bukan hal yang elok dibicarakan (hampir bosan membahasnya).
Bicara tentang pemenuhan kebutuhan listrik, Indonesia memiliki berbagai sumber energi yang bervariasi, baik itu sumber energi yang terbarukan ataupun energi yang tidak terbarukan. Energi terbarukan tersebut meliputi : (1). Tenaga Air : diperkirakan 75,67 GW; (2). Panas Bumi : 28,00 GW; (3). Biomassa : 49,81 GW; (4). Hydrokinetic (Energi Laut) : 240,00 GW; (5). Energi Matahari (6-8 jam/hari) : 1200,00 GW. Sedangkan sumber energi yang tak terbarukan terdiri dari : Batubara : 104 milliar ton dan Gas Bumi : 384,7 TSCF  (yang produksinya cenderung diekspor sebagai sumber pendapatan negara). Selain itu Indonesia adalah penghasil terbesar dunia CPO (Crude Palm Oil) dimana CPO ini bisa dimanfaatkan sebagai biofuel.

Selain itu Indonesia juga mempunyai potensi mineral radioaktif yang sangat mungkin digunakan sebagai sumber energi lainnya. Seperti uranium (digunakan sebagai bahan baku untuk bahan bakar nuklir) yang tersebar di Kalam dan Kawat (Kalimantan) dengan potensi sumber daya sebesar 34,863 ton U3O8. Sedangkan potensi nuklir berupa thorium tersebar didaerah Bangka-Belitung dan sekitarnya, dengan jumlah total potensi di daerah Bangka-Selatan sebesar 5.487 ton. Belum lagi potensi-potensi lain yang terdapat di dasar laut dan daerah lain yang belum dieksplorasi secara maksimal.


FAKTANYA ADALAH : 

    Kapasitas pembangkit listrik terpasang pada tahun 2013 adalah 47.128 MW. Sampai dengan bulan Maret 2014 Kapasitas total terpasang mencapai 47.788 MW dengan peta bahwa 74 persen dipasok oleh PLN.
        Rasio elektrifikasi sekitar 80,5%, artinya masih ada
        sekitar 19,5% masyarakat belum memiliki akses terhadap listrik sehingga
        tidak dapat menikmati listrik.
            Kebutuhan listrik nasional sebesar 8-9 persen per tahun (setara dengan 5700 MW) maka Indonesia harus membangun pembangkit-pembangkit dengan total kapasitas 7000 MW, sedangkan kemampuan nasional hanya mampu membangun pembangkit dengan kapasitas 2000 MW

                    UNIK DAN ANEHNYA :
                          Satu lagi, bahwa alasan hemat energi dihubung-hubungkan dengan cinta lingkungan (pengurangan emisi karbon), namun Pembangkit Listrik Tenaga Uap diperbanyak, sedangkan sumber daya alam alternatif lainnya tersedia cukup melimpah, sungguh suatu kebijakan yang unik.
                            Apakah kita harus PESIMIS? Tentu tidak, semoga negara Indonesia yang kita cintai bersama ini menjadi lebih baik. Indonesia penuh dengan dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkompeten. Hanya saja skenario bangsa ini selalu saja memerankan aktor-aktor (pelawak-pelawak) yang unik. Pada akhirnya, jika suatu ketika Indonesia mulai menghargai rakyatnya, maka dengan penuh kehormatan rakyat akan menjawabnya :
                            kulihat ibu pertiwi
                            kami datang berbakti
                            lihatlah putra putrimu
                            menggembirakan ibu
                            ibu kami tetap cinta
                            putramu yang setia
                            menjaga harta pusaka
                            untuk nusa dan bangsa