Umur, Jodoh dan Rizqi adalah Kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Demikianlah keyakinan insan yang kerap kali kita dengar.
Lalu bagaimana kita membaca bahwa itu adalah Kehendak Tuhan?Manusia memang pada hakikatnya mempunyai naluri untuk memberontak, beralasan dan berdalih. Hal itu sudah dikisahkan pada zaman Nabi-Nabi kita terdahulu. Tidak mudah menerima kebenaran yang haq, dan sangat sulit untuk berjalan menuju kepada kebenaran yang haq. Alhasil, manusia selalu berdalih dan beralasan untuk meraih kebenarannya sendiri dan menggapai kemuliaannya sendiri.
Istikharah biasanya menjadi jawaban pamungkas.
Lalu, koq masih punya niat cerai juga?
Ya, mungkin yang cerai-cerai itu tidak istikharah.
Apa anda tahu pasti bahwa yang Istikharah itu pasti tidak cerai (langgeng pernikahannya)?
Ya, berarti umur jodohnya cuma segitu.
Blah...blah...blah....
Faktanya adalah, dari dua juta pasangan menikah pada tahun 2010, sebanyak 285.184 pasangan bercerai. Dari data tersebut 70 persen diantaranya adalah kasus gugat cerai (istri menuntut cerai) dengan alasan ketidakharmonisan. Indonesia menjadi kandidat dengan tingkat perceraian tertinggi se-Asia Pasifik.
Bukan berarti Istikharah tidak perlu, namun perjalanan dalam proses memelihara suatu bahterahlah yang lebih penting. Bukankah anda juga yakin bahwa Tuhan tidak melihat hasil dari apa yang kita peroleh melainkan cara dan proses kita meraih itu? Karena betapapun sempurnanya apa yang anda buat, maka Tuhan adalah Maha Sempurna.